Jumat, 24 September 2021

LANDASAN FILSAFAT DALAM EKONOMI ISLAM

 

LANDASAN FILSAFAT DALAM EKONOMI ISLAM

 

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

dalam Mata Kuliah Filsafat Ekonomi Islam

 

 

 

 

Oleh    :


Sabri


 

 

 

PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BUKITTINGGI

1443 H / 2021 M

































KATA PENGANTAR

 

            Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa ummat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang berilmu pengetahuan.

            Adapun judul dari makalah ini yaitu “Landasan Filsafat dalam Ekonomi Islam” dalam mata kuliah filsafat ekonomi islam. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada kesemua pihak yang telah membantu menyelasaikan penulisan makalah ini.

            Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu melalui kata pengantar ini, kami mengucapkan kata maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini. Semoga Allah SWT selalu memberkahi kita bersama. Aamiin Ya Allah.

 

Bukittinggi, 19 September 2021

 

Penulis

 

           

 

 

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------------ i

DAFTAR ISI------------------------------------------------------------------------------- ii

BAB I PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang------------------------------------------------- 1

B.       Rumusan Masalah---------------------------------------------- 2

C.       Tujuan---------------------------------------------------------- 2

BAB II PEMBAHASAN

A.       Landasan Ontologi dan Alirannya----------------------------- 4

B.       Landasan Epistemologi dan Alirannya------------------------- 7

C.       Landasan Aksiologi dan Alirannya---------------------------- 10

D.       Hubungan Landasan Filsafat dan Alirannya dengan

Ekonomi Islam------------------------------------------------- 11

BAB III PENUTUP

A.       Kesimpulan----------------------------------------------------- 15

B.       Saran----------------------------------------------------------- 16

DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------- 17

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Ekonomi islam adalah ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan mencapai falah didunia dan akhirat (hereafter), yang mana diatur menurut agama islam (syariat) dan dilandasi dengan tauhid sebagaimana dirangkup dalam rukun iman dan rukun islam.[1]

            Filsafat secara sederhana diartikan sebagai berfikir menurut tata tertib dengan bebas dan dengan sedalam-dalamnya, sehingga sampai ke dasar persoalan.[2] Filsafat dalam ekonomi islam merupakan suatu proses pencarian hakikat dari penerapan syariat dalam aktivitas ekonomi melalui perantara ilmu dan akal. Ilmu disini adalah kaidah-kaidah usul dan tuntunan praktek yang terdapat dalam alquran dan sunnah.

            Ilmu ekonomi islam pada dasarnya merupakan perpaduan antara dua jenis ilmu yaitu ilmu ekonomi dan ilmu agama islam (Fiqh Mu’amalat). Ilmu ekonomi islam memiliki dua objek kajian yaitu objek formal dan objek material. Objek formal yaitu seluruh sistem produksi dan distribusi barang dan jasa yang dilakukan oleh pelaku bisnis baik dari aspek prediksi tentang laba rugi yang akan dihasilkan maupun dari aspek legalitas sebuah transaksi. Sedangkan objek materialnya adalah sebuah ilmu yang terkait dengan ilmu ekonomi islam.[3]

            Dengan mengetahui objek formal dan material dari sebuah ilmu, maka akan dapat ditelusuri eksistensinya melalui pendekatan yang selalu dipergunakan dalam filsafat, yaitu ontologis, epistemologi dan aksiologi. Antologi yaitu sebagai acuan untuk menentukan hakikat sebuah ilmu, epistimologis digunakan untuk melihat prinsip-prinsip dasar, ciri-ciri, dan cara kerja dari sebuah ilmu, dan aksiologi digunakan untuk melihat fungsi dan kegunaan dari sebuah ilmu.

            Dalam makalah ini akan dibahas tentang pendekatan (landasan) filsafat beserta aliran-alirannya dan bagaimana hubungannya dengan ekonomi islam.

B.     Rumusan Masalah

1.    Apa yang dimaksud dengan landasan ontologis dan aliran-alirannya ?

2.    Apa yang dimaksud dengan landasan epistemologis dan aliran-alirannya?

3.    Apa yang dimaksud dengan landasan Aksiologis dan aliran-alirannya ?

4.    Bagaimana hubungan antara landasan filsafat  dan alirannya terhadap ekonomi islam?

 

 

 

C.    Tujuan

1.    Untuk mengetahui dan memahami landasan ontologis dan alirannya.

2.    Untuk mengetahui dan memahami landasan epistemologis dan alirannya.

3.    Untuk mengetahui dan memahami landasan aksiologis dan alirannya.

4.    Untuk mengetahui dan memahami bagaimana hubungan antara landasan filsafat dan alirannya dengan ekonomi islam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Landasan Ontologis dan Alirannya

1.    Pengertian Ontologis

        Ontologi dalam perbincangan kefilsafatan, sering disamakan dengan istilah metafisika. Metafisika berasal dari istilah yunani ta meta ta physika, artinya “sesudah atau dibelakang relitas fisik”. Ontologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata on atau ontos yang berarti “yang ada” dan logos yang berarti “ilmu”. Secara etimologi berarti ilmu yang mempelajari apa yang ada.[4]

        Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan dan berasal dari yunani. Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Thales, misalnya, melalui perenungannya terhadap air yang ada dimana-mana, ia sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan “substansi terdalam” yang merupakan asal mula dari segala sesuatu. Yang penting bagi kita sesungguhnya bukanlah ajarannya yang mengatakan air itulah asal mula segala sesuatu, melainkan pendiriannya bahwa “mungkin sekali segala sesuatu berasal dari satu substansi belaka”.[5]

        Ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu, dalam kajian ini mencakup masalah realitas dan penampakan (reality and appearance), serta bagaimana hubungan kedua hal tersebut dengan sbujek/manusia. Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa  jauh kita ingin tahu, atau dengan kata lain suatu kajian mengenai teori tentang “sesuatu yang ada”.

        Jika pikiran diibaratkan sebagai sebuah roket yang meluncur ke bintang-bintang, menembus galaksi dan awan, maka ontologi adalah landasan peluncurnya.

2.    Aliran Ontologis

        Persoalan “keberadaan sesuatu” ditinjau aspek ontologi atau teori hakikat, dikenal beberapa aliran :[6]

a.    Keberadaan ditinjau aspek kuantitas/jumlah

1)   Monoisme, paham beranggapan bahwa hakekat keberadaan berasal dari satu saja sebagai sumber asal, baik materi maupun rohani.

2)   Dualisme, paham yang beranggapan bahwa hakekat keberadaan berasal dari dua sumber, yaitu hakikat materi dan hakekat ruhani.

3)   Pluralisme, paham yang beranggapan bahwa hakekat keberadaan berasal dari banyak unsur.

 

 

b.    Keberadaan ditinjau aspek sifat

1)   Materialisme, paham yang beranggapan bahwa keberadaan berasal dari sumber materi.

2)   Idealisme, paham yang beranggapan bahwa keberadaan berasal dari sumber idea, sesuatu yang hadir dalam jiwa. Faham ini sering pula disebut spiritualisme, yaitu keberadaan berasal dari spiritual (ruh).

c.    Keberadaan ditinjau aspek proses, kejadian, perubahan

1)   Mekanisme (serba mesin), paham yang berpendapat bahwa semua gejala atau peristiwa berdasaran atas proses mekanis (mesin).

2)   Teologi (serba tujuan), paham yang berpendapat bahwa semua gejala atau proses dimulai dari suatu tujuan yang berproses untuk mencapai tujuan tersebut.

3)   Vitalisme (daya hidup), paham yang berpendapat bahwa semua gejala atau proses tidak semata gejala fisika dan kimia saja, tapi ada aspek hidup yang tidak bisa dijelaskan dengan fisika dan kimia.

4)   Organisme, paham yang berpendapat bahwa gejala atau proses merupakan suatu hubungan struktur yang dinamis, kesatuan yang memiliki bagian-bagian yang berbedadan saling berkaitan menjalin hubungan yang teratur.

 

 

B.     Landasan Epistemologis dan Alirannya

1.    Pengertian Epistemologis

          Secara etimologi, Epistemologis berasal dari kata yunani epiteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Epistemologis dapat didefenisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula/sumber, struktur, metode dan sahnya (validitas) pengetahuan.[7] Epistemologis adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif, dan kritis.[8]

          Evaluatif berarti bersifat menilai, ia menilai apakah suatu keyakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengetahuan dapat dibenarkan, dijamin kebenarannya, atau memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara nalar. Normatif berarti menentukan norma bagi kebenaran pengetahuan. Epistemologis sebagai cabang ilmu filsafat tidak cukup hanya memberi deskripsi atau paparan bagaimana proses manusia mengetahui itu terjadi (seperti dibuat oleh psikologi kognitif), tetapi perlu membuat penentuan mana yang betul dan mana yang keliru berdasarkan norma epistemik. Sedangkan kritis berarti banyak mempertanyakan dan menguji kebernalaran cara maupun hasil kegiatan manusia mengetahui, yang dipertanyakan adalah baik asumsi-asumsi, cara kerja atau pendekatan yang diambil, maupun kesimpulan yang ditarik dalam berbagai kegiatan kognitif manusia.[9]

          Epistemologi atau teori pengetahuan, membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Metode inilah yang membedakan ilmu dengan buah pemikiran yang lainnya.

2.    Aliran Epistemologi

          Tiga aliran besar epistemologis :[10]

a.    Rasionalisme

Rasionalisme adalah pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan.[11]

Menurut aliran rasionalisme pengetahuan manusia dibangun dan diturunkan dari “ide” yang sudah jelas, tegas, pasti dalam pikiran manusia. Terlihat perdebatan antara plato dengan pendapat aristoteles. Aristoteles lebih menekankan indra daripada akal sebagai sumber pengetahuan. Menurut plato, hasil pengamatan indrawi tidak memberikan pengetahuan yang kokoh, karena sifatnya selalu berubah-berubah, sehingga kebenarannya tidak dapat dipercayai. Dalam proses pencariannya, plato menemukan bahwa ada kebenaran diluar pengamatan indrawi yang disebut idea. Dunia idea bersifat tetap dan tidak berubah-ubah dan kekal. Berbeda dengan aristoteles, menurutnya bahwa idea-idea ini tidak ada dan dia tidak mengakui dunia semacam itu. Dia lebih mengakui bahwa pengamatan indrawi itu berubah-ubah, tidak tetap, dan tidak kekal, tetapi dengan pengamatan indrawi dan penyelidikannya yang terus menerus terhadap hal-hal dan benda-benda konkret, maka akal/rasio akan dapat melepaskan atau mengabstrasikan ideanya dengan benda-benda yang konkret tersebut.[12]

b.      Empirisme

     Secara etimologis, Empirisme berasal dari kata yunani yaitu emperia, empiros yang berarti berpengalaman, dalam bahasa latinnya experientia (pengalaman). Sehingga secara istilah empirisisme adalah doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman atau pengalaman indrawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan dan bukal akal/rasio.[13]

c.    Kritisme

Antara rasionalisme dan empirisme telah terdapat pertentangan yang sangat jelas yaitu antara akal budi dengan pengalaman sebagai sumber dari ilmu pengetahuan.

Kedua aliran tersebut saling mempertahankan pendapatnya masing-masing, maka untuk mendamaikannya tampillah seorang tokoh yang bernama Immanuel Kant sebagai seorang filsuf yang berasal dari jerman. Kant menggabungkan aliran rasionalisme dan empirisme, sehingga terbentuk aliran  yang terkenal kritisme. Kritisme adalah filsafat yang diintrodusir oleh immanuel kant dengan memulai perjalannya menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.[14]

Rintisan filsafat kritis mencapai puncaknya dalam pengintregasian emperisisme dan rasionalisme, sekaligus mengatasi keduanya, dan melahirkan filsafat baru, yang melampaui pengagungan pengalaman dan pikiran sebagai terobosan revolusioner, sebagaimana kopernikus meruntuhkan teori geosentrisme dengan teori baru mengenai helosentrisme.Filsafat kritis atau kritisisme merupakan revolusi “kopernikan” dalam filsafat yang titik berangkatnya dimulai oleh kant.[15]

C.    Landasan Aksiologi dan Alirannya

1.    Pengertian Aksiologi

        Aksiologi berasal dari istilah Yunani yaitu: axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos berarti ilmu, akan tetapi aksiologi juga dapat disebut juga dengan teori nilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Dalam hal ini yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Jadi aksiologi di sini adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Dewasa ini, istilah axios artinya nilai dan logos yang berarti teori. Istilah ini sebenarnya lebih akrab dipakai dalam istilah filosofi.[16]

        Tujuan dari aksiologi adalah menemukan kebenaran atas fakta yang ada atau sedapat mungkin ada kepastian kebenaran ilmiah.

2.      Aliran Aksiologi

        Ada dua kategori dasar aksiologis, yaitu : Objektivisme dan subjektivisme. Keduanya beranjak dari pertanyaan yang sama, yaitu,apakah nilai itu bersifat bergantung atau tidak bergantung pada manusia. Dari sini, muncul empat pendekatan etika, dua yang pertama beraliran objektivisme dan dua berikutnya beraliran subjektivisme. Adapun yang dimaksud adalah, Aliran objektivisme yaitu teori nilai intuitif dan teori nilai rasional. Aliran subjektivisme yaitu teori nilai alamiah dan teori nilai emotif.[17]

 

 

 

 

D.    Hubungan Landasan Filsafat dan Alirannya dengan Ekonomi Islam

1.    Hubungan Ontologi dan Alirannya dengan Ekonomi Islam

        Secara ontologis, ilmu ekonomi islam membahas dua disiplin ilmu secara bersamaan. Kedua disiplin ilmu itu adalah ilmu ekonomi murni dan ilmu fiqh mu’amalat.[18] Dengan demikian, dalam operasionalnya ilmu ekonomi islam akan selalu bersumber dari kedua disiplin ilmu tersebut. Persoalan ontologis yang muncul kemudian adalah bagaimana memadukan antara pemikiran sekular ilmu ekonomi dengan pemikiran sakral yang terdapat dalam fiqh mu’amalat. Perseoalan ini muncul mengingat bahwa sumber ilmu ekonomi islam adalah pemikiran manusia sedangkan sumber fiqh muamalat adalah wahyu yang didasarkan pada petunjuk alquran dan hadist nabi.[19] Perbedaan sumber ilmu pengetahuan ini menyebabkan munculnya perbedaan penilaian terhadap problematika ekonomi manusia. Ilmu ekonomi berasal dari pikiran manusia, ilmu ekonomi konvensional akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tetapi sebaliknya belum tentu fiqh muamalat membolehkannya karena apapun yang dilakukan semuanya harus sesuai dengan Alquran dan sunnah.

2.    Hubungan Epistemologi dan Alirannya dengan Ekonomi Islam

        Dipandang dari sudut pandang epistemologi dapat diketahui bahwa ilmu ekonomi diperoleh melalui pengamatan terhadap gejala sosial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengamatan yang dilakukan kemudia digeneralisasi melalui premis-premis khusus untuk mengambil kesimpulan yang bersifat umum. Pada tahap ini ilmu ekonomi menggunakan penalaran yang bersifat kuantitatif. Perubahan dan keajegan yang diamati dalam sistem produksi dan distribusi barang dan jasa kemudian dijadikan sebagai teori-teori umum yang dapat menjawab berbagai masalah ekonomi.[20] Sebagai sebuah contoh dapat dilihat dari teori permintaan (demand) dalam ilmu ekonomi yang berbunyi “apabila permintaan terhadap sebuah barang naik, maka harga barang tersebut cenderung akan menjadi naik”. Teori tersebut diperoleh dari pengalaman dan fakta di lapangan yang diteliti secara konsisten oleh para ahli ekonomi. Berdasarkan cara kerja yang demikian, pemuan teori-teori ilmu ekonomi dikelompokkan kedalam context of discovery.

        Berbeda dengan fiqh muamalat yang diperoleh melalui penelusuran langsung terhadap alquran dan hadist para fuqaha. Melalui kaidah-kaidah ushuliyah, mereka merumuskan beberapa aturan yang harus dipraktekkan dalam kehidupan ekonomi ummat. Rumusan-rumusan tersebut didapatkan dari hasil pemikiran (rasionalisme) melalui logika deduktif. Premis mayor yang disebutkan dalam wahyu selanjutnya dijabarkan melalui premis-premis minor untuk mendapatkan kesimpulan yang  baik dan benar. Dengan demikian, fiqh mu’amalat menggunakan penalaran yang bersifat kualitatif.

        Secara pragmatis dapat disebutkan bahwa ilmu ekonomi lebih berorientasi materialis, sementara fiqh muamalat lebih terfokus pada hal-hal yang bersifat normatif. Atau dengan kata lain, ilmu ekonomi mempelajari teknik dan metode, sedangkan fiqh muamalat menentukan status hukum boleh atau tidaknya suatu transaksi[21]

3.    Hubungan Aksiologi dan Alirannya dengan Ekonomi Islam

        Dengan pendekatan aksiologi diperlukan untuk melihat fungsi dan kegunaan ilmu ekonomi islam dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Secara aksiologis, memang perlu diakui bahwa pembahasan kedua ilmu ekonomi tersebut cenderung memiliki fungsi yang sama, bertujuan untuk membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Lewat berbagai macam tools yang tersedia kesamaan-kesamaan pada sebagian kaidah kedua ilmu ekonomi tersebut dalam mengatasi persoalan ekonomi, memang merupakan sebuah kecenderungan umum dalam aktivitas ekonomi yang sifatnya sunnatullah.[22]

        Secara umum kegunaan ilmu ekonomi islam bagi manusia adalah untuk menyelamatkan kehidupan manusia dari segala hal yang telah dilarang oleh Allah SWT.

       

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.    Ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu,dalam kajian ini mencakup masalah realitas dan penampakan (reality and appearance), serta bagaimana hubungan ke dua hal tersebut dengan subjek/manusia. Aliran ontologi apabila ditinjau dari aspek kuantitas yaitu :monoisme, dualisme,pluralisme. Ditinjau dari aspek sifat : materealisme dan idealisme. Ditinjau dari aspek proses, kejadian dan perubahan : mekanisme, teologi, vitalisme dan organisme.

2.    Epistemologi berkaitan dengan bagaimana proses diperolehnya ilmu, bagaimana prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar. Aliran epistemologis secara garis besar yaitu : Rasionalisme, Emperisme, Kritisme.

3.    Aksiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu, bagaimana hubungan etika dengan ilmu,serta bagaimana mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan. Aliran aksiologi dari segi objektivisme yaitu nilai intuitif dan teori nilai rasional, dari segi subjektivisme yaitu nilai alamiah dan teori nilai emotif.

4.    Ontologi, epistemologi dan aksiologi adalah tiga aspek pertanyaan dasar yang menjadi gerbang ilmu pengetahuan, termasuk ketika mempelajari ilmu ekonomi islam.

 

B.     Saran

1.    Untuk Penulis

        Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini. Maka dari itu mari kita saling melengkapi dengan memberikan kritik dan saran yang membangun.

2.    Bagi Pembaca

        Semoga makalah dari kami ini dapat membantu kita dalam memahami landasan-landasan filsafat dan hubungannya dengan ilmu ekonomi islam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Amin dkk.1992.Filsafat Islam: Kajian Ontologis, Epistemologis, Aksiologis,Historis Perspektif.Yogyakarta:LESFI.

 

Adinugraha,Hendra Hermawan.2013.Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam.Media Ekonomi dan Teknologi Informasi.Vol.21 No.1, hal.49-59.

 

Afani,Ahmad Zaifan dan Abdullah Zawawi.2019.Ekonomi Islam dalam Konsep Ontologi,Epistemologi,dan Aksiologi.Jurnal Ummul Qura.Vol.XIV No.2, hal.49-60.

 

Bagus,Laren.2000.Kamus Filsafat.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka.

 

Hamdani.2011.Filsafat Sains.Bandung:Pustaka Setia.

 

Harahap, Darwis.2015. Kebahagiaan dan Akhir Kehidupan Menurut Filsafat Ekonomi Islam.Human Falah. Vol.2 No.2,Hal.83-101.

 

Irfan, Alhaq.1996.Economic Doctrine of Islam, The International Institute of Islamic Thought.Hendon,Virginia.

 

Mubin, Fakhtul.Filsafat Modern:Aspek Ontologis,Epistemologis dan Aksiologis. Hal.1-28.

 

Praja,Juhaya S.1997.Aliran-aliran Filsafat dan Etika Suatu Pengantar.Bandung: Yayasan Plara.

 

P,Daulay.S.2005.Posisi Ekonomi Islam diantara Ekonomi Konvensional dan Fiqh Muamalat.MuslimSources.com.

 

Sari,Diana dan Kholilur rahman.2020.Kedudukan Epistemologis dalam Filsafat Barat.JAQFI: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam. Vol.5 No.1, hal.35-52.

 

Sudarminta,J.2002.Epistemologis Dasar.Yogyakarta:Kanisius IKAPI.

 

Susanto,Irvan.2016.Pengembangan UMKM melalui Ontologi.Performance.Vol.23. No.1, hal.17-30.

 

Surisumantri.2015.Filsafat Ilmu sebuah Apresiasi terhadap Ilmu Agama dan Seni. Jakarta:IKAPI

 

Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM.1996.Filsafat Ilmu.Yogyakarta:Liberty

 

Tim Penyusun.2011.Pengantar Filsafat.Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press

Zaini,Ahmad Afan.2021.Ekonomi Islam dalam Konsep Ontopologi, Epistemologis, dan Aksiologi.Al-Maqashid:Journal of Economic and Islamic Business.Vol.1 No.1, Hal.42-50.



                [1] Hendra Hermawan Adinugraha, Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam. Media Ekonomi & Teknologi Informasi. Vol.21 No.1, Maret 2013,  hal.51-59.

[2] Darwis Harahap, Kebahagiaan dan Akhir Kehidupan Menurut Filsafat Ekonomi Islam. Human Falah. Vol. 2. No. 2 Juli – Desember 2015, hal. 100-101.

                [3]Ahmad Zaifan afani dan Abdullah Zawawi, Ekonomi Islam dalam Konsep Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi. Jurnal Ummul Qura.Vol XIV No.2,2019, hal.51-60.

[4]Irwan susanto,Solusi Pengembangan UMKM Melalui Ontologi.Performance.Vol.23 No.1, Maret 2016, hal 19-30.

                [5]Fakhtul Mubin, Filsafat Modern: Aspek Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis.hal.3-28.

                [6]Irwan Susanto, Solusi Pengembangan UMKM Melalui Ontologi. Performance.vol.23 No.1.Maret 2016. Hal.20-30

[7]Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, (yogyakarta : Liberty,1996),hal.17.

[8]J. Sudarminta, Epistemologis Dasar, (Yogyakarta:Kanisius IKAPI,2002), Hal.19.

[9]J. Sudarminta, Epistemologis Dasar, (Yogyakarta:Kanisius IKAPI,2002), Hal.19.

[10]Diana Sari dan Kholilur Rohman, Kedudukan Epistemologis dalam Filsafat Barat. JAQFI:Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam.Vol.5 No.1,2020,Hal.41-52.

[11] Larens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2000), hal.929.

[12]Amin Abdullah,dkk.,Filsafat Islam:Kajian Ontologis, Epistemologis, Aksiologis, Historis Perspektif,(Yogyakarta:LESFI,1992), hal.30

[13]Larens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,2000), Hal.14.

 

[14] Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika Suatu Pengantar, (Bandung:Yayasan Plara, 1997), Hal.76

[15] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Apresiasi Terhadap Ilmu Agama, dan Seni, (Jakarta:IKAPI,2015), hal.137-138.

[16] Tim Penyusun, Pengantar Filsafat (surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,2011), hal.92-93.

[17] Hamdani, Filsafat Sains (Bandung:Pustaka Setia,2011), hal.24-25.

[18]Daulay,S.P. Posisi Ekonomi Islam di antara Ekonomi Konvensional dan Fiqh Muamalat,(Muslim Sources.Com,2005),hal.73.

[19] Al-Haq, Irfan, Economic Doctrine of Islam, The International Institute of Islamic Thought, (Herndon, Virginia,1996), hal.73.

[20]Ahmad Afan Zaini dan Abdullah Zawawi, Ekonomi Islam dalam Konsep Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.Jurnal Ummal Qura. Vol.XIV No.2,2019,hal.53-60

[21]Ahmad Afan Zaini dan Abdullah Zawawi, Ekonomi Islam dalam Konsep Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.Jurnal Ummal Qura. Vol.XIV No.2,2019,hal.55-60

[22] Ahmad Afan Zaini, Ekonomi Islam dalam Konsep Ontopologi, Epistemologi dan Aksiologi.AlMaqashid:Journal of Economics and Islamic Business.Vol.1 No.1,2021.Hal.48-50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPS MATA KULIAH MANAJEMEN RESIKO

    INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS (ITB) HAJI AGUS SALIM BUKITTINGGI PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN, S1 AKUNTANSI S1 DIGITAL BIS...