LANDASAN
FILSAFAT DALAM EKONOMI ISLAM
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
dalam
Mata Kuliah Filsafat Ekonomi Islam
Oleh :
Sabri
PROGRAM
STUDI MAGISTER EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BUKITTINGGI
1443
H / 2021 M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa ummat
manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang berilmu pengetahuan.
Adapun judul dari makalah ini yaitu “Landasan Filsafat dalam Ekonomi Islam” dalam
mata kuliah filsafat ekonomi islam. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada kesemua pihak yang telah membantu menyelasaikan
penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu melalui kata pengantar ini, kami
mengucapkan kata maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Semoga Allah SWT selalu memberkahi kita bersama. Aamiin Ya Allah.
Bukittinggi,
19 September 2021
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------------ i
DAFTAR ISI------------------------------------------------------------------------------- ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang------------------------------------------------- 1
B. Rumusan
Masalah---------------------------------------------- 2
C.
Tujuan---------------------------------------------------------- 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan
Ontologi dan Alirannya----------------------------- 4
B. Landasan
Epistemologi dan Alirannya------------------------- 7
C. Landasan
Aksiologi dan Alirannya---------------------------- 10
D. Hubungan
Landasan Filsafat dan Alirannya dengan
Ekonomi
Islam------------------------------------------------- 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan----------------------------------------------------- 15
B. Saran----------------------------------------------------------- 16
DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------- 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ekonomi islam adalah ilmu yang
mempelajari segala perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
tujuan mencapai falah didunia dan
akhirat (hereafter), yang mana diatur
menurut agama islam (syariat) dan dilandasi dengan tauhid sebagaimana dirangkup
dalam rukun iman dan rukun islam.[1]
Filsafat secara sederhana diartikan
sebagai berfikir menurut tata tertib dengan bebas dan dengan sedalam-dalamnya,
sehingga sampai ke dasar persoalan.[2]
Filsafat dalam ekonomi islam merupakan suatu proses pencarian hakikat dari
penerapan syariat dalam aktivitas ekonomi melalui perantara ilmu dan akal. Ilmu
disini adalah kaidah-kaidah usul dan tuntunan praktek yang terdapat dalam
alquran dan sunnah.
Ilmu ekonomi islam pada dasarnya
merupakan perpaduan antara dua jenis ilmu yaitu ilmu ekonomi dan ilmu agama
islam (Fiqh Mu’amalat). Ilmu ekonomi islam memiliki dua objek kajian yaitu
objek formal dan objek material. Objek formal yaitu seluruh sistem produksi dan
distribusi barang dan jasa yang dilakukan oleh pelaku bisnis baik dari aspek
prediksi tentang laba rugi yang akan dihasilkan maupun dari aspek legalitas
sebuah transaksi. Sedangkan objek materialnya adalah sebuah ilmu yang terkait
dengan ilmu ekonomi islam.[3]
Dengan mengetahui objek formal dan
material dari sebuah ilmu, maka akan dapat ditelusuri eksistensinya melalui
pendekatan yang selalu dipergunakan dalam filsafat, yaitu ontologis,
epistemologi dan aksiologi. Antologi yaitu sebagai acuan untuk menentukan
hakikat sebuah ilmu, epistimologis digunakan untuk melihat prinsip-prinsip
dasar, ciri-ciri, dan cara kerja dari sebuah ilmu, dan aksiologi digunakan
untuk melihat fungsi dan kegunaan dari sebuah ilmu.
Dalam makalah ini akan dibahas
tentang pendekatan (landasan) filsafat beserta aliran-alirannya dan bagaimana
hubungannya dengan ekonomi islam.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan landasan ontologis dan aliran-alirannya ?
2.
Apa yang dimaksud
dengan landasan epistemologis dan aliran-alirannya?
3.
Apa yang dimaksud
dengan landasan Aksiologis dan aliran-alirannya ?
4.
Bagaimana hubungan
antara landasan filsafat dan alirannya
terhadap ekonomi islam?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui dan
memahami landasan ontologis dan alirannya.
2.
Untuk mengetahui dan
memahami landasan epistemologis dan alirannya.
3.
Untuk mengetahui dan
memahami landasan aksiologis dan alirannya.
4.
Untuk mengetahui dan
memahami bagaimana hubungan antara landasan filsafat dan alirannya dengan
ekonomi islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan
Ontologis dan Alirannya
1.
Pengertian
Ontologis
Ontologi dalam perbincangan
kefilsafatan, sering disamakan dengan istilah metafisika. Metafisika berasal
dari istilah yunani ta meta ta physika,
artinya “sesudah atau dibelakang relitas fisik”. Ontologi berasal dari bahasa
yunani, yaitu dari kata on atau ontos yang berarti “yang ada” dan logos yang berarti “ilmu”. Secara
etimologi berarti ilmu yang mempelajari apa yang ada.[4]
Ontologi merupakan salah satu kajian
filsafat yang paling kuno dan dan berasal dari yunani. Kajian tersebut membahas
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh yunani yang memiliki pandangan
yang bersifat ontologis adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Thales, misalnya,
melalui perenungannya terhadap air yang ada dimana-mana, ia sampai pada
kesimpulan bahwa air merupakan “substansi terdalam” yang merupakan asal mula
dari segala sesuatu. Yang penting bagi kita sesungguhnya bukanlah ajarannya
yang mengatakan air itulah asal mula segala sesuatu, melainkan pendiriannya
bahwa “mungkin sekali segala sesuatu berasal dari satu substansi belaka”.[5]
Ontologi berkaitan tentang apa obyek
yang ditelaah ilmu, dalam kajian ini mencakup masalah realitas dan penampakan (reality and appearance), serta bagaimana
hubungan kedua hal tersebut dengan sbujek/manusia. Ontologi membahas tentang
apa yang ingin kita ketahui, seberapa
jauh kita ingin tahu, atau dengan kata lain suatu kajian mengenai teori
tentang “sesuatu yang ada”.
Jika pikiran diibaratkan sebagai sebuah
roket yang meluncur ke bintang-bintang, menembus galaksi dan awan, maka
ontologi adalah landasan peluncurnya.
2.
Aliran
Ontologis
Persoalan
“keberadaan sesuatu” ditinjau aspek ontologi atau teori hakikat, dikenal
beberapa aliran :[6]
a.
Keberadaan ditinjau
aspek kuantitas/jumlah
1)
Monoisme, paham
beranggapan bahwa hakekat keberadaan berasal dari satu saja sebagai sumber
asal, baik materi maupun rohani.
2)
Dualisme, paham yang
beranggapan bahwa hakekat keberadaan berasal dari dua sumber, yaitu hakikat
materi dan hakekat ruhani.
3)
Pluralisme, paham yang
beranggapan bahwa hakekat keberadaan berasal dari banyak unsur.
b.
Keberadaan ditinjau
aspek sifat
1)
Materialisme, paham
yang beranggapan bahwa keberadaan berasal dari sumber materi.
2)
Idealisme, paham yang
beranggapan bahwa keberadaan berasal dari sumber idea, sesuatu yang hadir dalam
jiwa. Faham ini sering pula disebut spiritualisme, yaitu keberadaan berasal
dari spiritual (ruh).
c.
Keberadaan ditinjau
aspek proses, kejadian, perubahan
1)
Mekanisme (serba mesin),
paham yang berpendapat bahwa semua gejala atau peristiwa berdasaran atas proses
mekanis (mesin).
2)
Teologi (serba tujuan),
paham yang berpendapat bahwa semua gejala atau proses dimulai dari suatu tujuan
yang berproses untuk mencapai tujuan tersebut.
3)
Vitalisme (daya hidup),
paham yang berpendapat bahwa semua gejala atau proses tidak semata gejala
fisika dan kimia saja, tapi ada aspek hidup yang tidak bisa dijelaskan dengan
fisika dan kimia.
4)
Organisme, paham yang
berpendapat bahwa gejala atau proses merupakan suatu hubungan struktur yang
dinamis, kesatuan yang memiliki bagian-bagian yang berbedadan saling berkaitan
menjalin hubungan yang teratur.
B.
Landasan
Epistemologis dan Alirannya
1.
Pengertian
Epistemologis
Secara
etimologi, Epistemologis berasal dari kata yunani epiteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Epistemologis dapat didefenisikan sebagai
cabang filsafat yang mempelajari asal mula/sumber, struktur, metode dan sahnya
(validitas) pengetahuan.[7]
Epistemologis adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif, dan
kritis.[8]
Evaluatif berarti bersifat menilai, ia
menilai apakah suatu keyakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengetahuan
dapat dibenarkan, dijamin kebenarannya, atau memiliki dasar yang dapat
dipertanggungjawabkan secara nalar. Normatif berarti menentukan norma bagi
kebenaran pengetahuan. Epistemologis sebagai cabang ilmu filsafat tidak cukup
hanya memberi deskripsi atau paparan bagaimana proses manusia mengetahui itu
terjadi (seperti dibuat oleh psikologi kognitif), tetapi perlu membuat
penentuan mana yang betul dan mana yang keliru berdasarkan norma epistemik.
Sedangkan kritis berarti banyak mempertanyakan dan menguji kebernalaran cara
maupun hasil kegiatan manusia mengetahui, yang dipertanyakan adalah baik
asumsi-asumsi, cara kerja atau pendekatan yang diambil, maupun kesimpulan yang
ditarik dalam berbagai kegiatan kognitif manusia.[9]
Epistemologi atau teori pengetahuan,
membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha kita untuk
memperoleh pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses
tertentu yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan.
Metode inilah yang membedakan ilmu dengan buah pemikiran yang lainnya.
2.
Aliran
Epistemologi
Tiga
aliran besar epistemologis :[10]
a.
Rasionalisme
Rasionalisme
adalah pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber
utama pengetahuan.[11]
Menurut
aliran rasionalisme pengetahuan manusia dibangun dan diturunkan dari “ide” yang
sudah jelas, tegas, pasti dalam pikiran manusia. Terlihat perdebatan antara
plato dengan pendapat aristoteles. Aristoteles lebih menekankan indra daripada
akal sebagai sumber pengetahuan. Menurut plato, hasil pengamatan indrawi tidak
memberikan pengetahuan yang kokoh, karena sifatnya selalu berubah-berubah,
sehingga kebenarannya tidak dapat dipercayai. Dalam proses pencariannya, plato
menemukan bahwa ada kebenaran diluar pengamatan indrawi yang disebut idea.
Dunia idea bersifat tetap dan tidak berubah-ubah dan kekal. Berbeda dengan
aristoteles, menurutnya bahwa idea-idea ini tidak ada dan dia tidak mengakui
dunia semacam itu. Dia lebih mengakui bahwa pengamatan indrawi itu
berubah-ubah, tidak tetap, dan tidak kekal, tetapi dengan pengamatan indrawi
dan penyelidikannya yang terus menerus terhadap hal-hal dan benda-benda
konkret, maka akal/rasio akan dapat melepaskan atau mengabstrasikan ideanya
dengan benda-benda yang konkret tersebut.[12]
b.
Empirisme
Secara etimologis, Empirisme berasal dari
kata yunani yaitu emperia, empiros
yang berarti berpengalaman, dalam bahasa latinnya experientia (pengalaman). Sehingga secara istilah empirisisme
adalah doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman
atau pengalaman indrawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan dan bukal
akal/rasio.[13]
c.
Kritisme
Antara
rasionalisme dan empirisme telah terdapat pertentangan yang sangat jelas yaitu
antara akal budi dengan pengalaman sebagai sumber dari ilmu pengetahuan.
Kedua
aliran tersebut saling mempertahankan pendapatnya masing-masing, maka untuk
mendamaikannya tampillah seorang tokoh yang bernama Immanuel Kant sebagai
seorang filsuf yang berasal dari jerman. Kant menggabungkan aliran rasionalisme
dan empirisme, sehingga terbentuk aliran
yang terkenal kritisme. Kritisme adalah filsafat yang diintrodusir oleh
immanuel kant dengan memulai perjalannya menyelidiki batas-batas kemampuan
rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.[14]
Rintisan
filsafat kritis mencapai puncaknya dalam pengintregasian emperisisme dan
rasionalisme, sekaligus mengatasi keduanya, dan melahirkan filsafat baru, yang
melampaui pengagungan pengalaman dan pikiran sebagai terobosan revolusioner,
sebagaimana kopernikus meruntuhkan teori geosentrisme
dengan teori baru mengenai helosentrisme.Filsafat
kritis atau kritisisme merupakan revolusi “kopernikan” dalam filsafat yang
titik berangkatnya dimulai oleh kant.[15]
C.
Landasan
Aksiologi dan Alirannya
1.
Pengertian
Aksiologi
Aksiologi
berasal dari istilah Yunani yaitu: axios yang berarti sesuai atau wajar.
Sedangkan logos berarti ilmu, akan tetapi aksiologi juga dapat disebut juga
dengan teori nilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan
tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan
ilmu tersebut. Dalam hal ini yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat
dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Jadi aksiologi di sini
adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Dewasa ini, istilah axios artinya nilai dan logos yang berarti teori. Istilah ini
sebenarnya lebih akrab dipakai dalam istilah filosofi.[16]
Tujuan dari aksiologi adalah menemukan
kebenaran atas fakta yang ada atau sedapat mungkin ada kepastian kebenaran ilmiah.
2.
Aliran
Aksiologi
Ada dua kategori dasar aksiologis, yaitu
: Objektivisme dan subjektivisme. Keduanya beranjak dari pertanyaan yang sama,
yaitu,apakah nilai itu bersifat bergantung atau tidak bergantung pada manusia.
Dari sini, muncul empat pendekatan etika, dua yang pertama beraliran
objektivisme dan dua berikutnya beraliran subjektivisme. Adapun yang dimaksud
adalah, Aliran objektivisme yaitu teori nilai intuitif dan teori nilai
rasional. Aliran subjektivisme yaitu teori nilai alamiah dan teori nilai
emotif.[17]
D.
Hubungan
Landasan Filsafat dan Alirannya dengan Ekonomi Islam
1.
Hubungan
Ontologi dan Alirannya dengan Ekonomi Islam
Secara
ontologis, ilmu ekonomi islam membahas dua disiplin ilmu secara bersamaan.
Kedua disiplin ilmu itu adalah ilmu ekonomi murni dan ilmu fiqh mu’amalat.[18]
Dengan demikian, dalam operasionalnya ilmu ekonomi islam akan selalu bersumber
dari kedua disiplin ilmu tersebut. Persoalan ontologis yang muncul kemudian
adalah bagaimana memadukan antara pemikiran sekular ilmu ekonomi dengan
pemikiran sakral yang terdapat dalam fiqh mu’amalat. Perseoalan ini muncul
mengingat bahwa sumber ilmu ekonomi islam adalah pemikiran manusia sedangkan
sumber fiqh muamalat adalah wahyu yang didasarkan pada petunjuk alquran dan
hadist nabi.[19]
Perbedaan sumber ilmu pengetahuan ini menyebabkan munculnya perbedaan penilaian
terhadap problematika ekonomi manusia. Ilmu ekonomi berasal dari pikiran manusia,
ilmu ekonomi konvensional akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Tetapi sebaliknya belum tentu fiqh muamalat membolehkannya
karena apapun yang dilakukan semuanya harus sesuai dengan Alquran dan sunnah.
2.
Hubungan
Epistemologi dan Alirannya dengan Ekonomi Islam
Dipandang
dari sudut pandang epistemologi dapat diketahui bahwa ilmu ekonomi diperoleh
melalui pengamatan terhadap gejala sosial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pengamatan yang dilakukan kemudia digeneralisasi melalui
premis-premis khusus untuk mengambil kesimpulan yang bersifat umum. Pada tahap
ini ilmu ekonomi menggunakan penalaran yang bersifat kuantitatif. Perubahan dan
keajegan yang diamati dalam sistem produksi dan distribusi barang dan jasa
kemudian dijadikan sebagai teori-teori umum yang dapat menjawab berbagai
masalah ekonomi.[20]
Sebagai sebuah contoh dapat dilihat dari teori permintaan (demand) dalam ilmu
ekonomi yang berbunyi “apabila permintaan terhadap sebuah barang naik, maka
harga barang tersebut cenderung akan menjadi naik”. Teori tersebut diperoleh
dari pengalaman dan fakta di lapangan yang diteliti secara konsisten oleh para
ahli ekonomi. Berdasarkan cara kerja yang demikian, pemuan teori-teori ilmu
ekonomi dikelompokkan kedalam context of
discovery.
Berbeda dengan fiqh muamalat yang
diperoleh melalui penelusuran langsung terhadap alquran dan hadist para fuqaha.
Melalui kaidah-kaidah ushuliyah, mereka merumuskan beberapa aturan yang harus
dipraktekkan dalam kehidupan ekonomi ummat. Rumusan-rumusan tersebut didapatkan
dari hasil pemikiran (rasionalisme) melalui logika deduktif. Premis mayor yang
disebutkan dalam wahyu selanjutnya dijabarkan melalui premis-premis minor untuk
mendapatkan kesimpulan yang baik dan
benar. Dengan demikian, fiqh mu’amalat menggunakan penalaran yang bersifat
kualitatif.
Secara pragmatis dapat disebutkan bahwa
ilmu ekonomi lebih berorientasi materialis, sementara fiqh muamalat lebih
terfokus pada hal-hal yang bersifat normatif. Atau dengan kata lain, ilmu
ekonomi mempelajari teknik dan metode, sedangkan fiqh muamalat menentukan
status hukum boleh atau tidaknya suatu transaksi[21]
3.
Hubungan
Aksiologi dan Alirannya dengan Ekonomi Islam
Dengan pendekatan aksiologi diperlukan
untuk melihat fungsi dan kegunaan ilmu ekonomi islam dalam menyelesaikan
berbagai persoalan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Secara
aksiologis, memang perlu diakui bahwa pembahasan kedua ilmu ekonomi tersebut
cenderung memiliki fungsi yang sama, bertujuan untuk membantu manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Lewat berbagai macam tools yang tersedia kesamaan-kesamaan pada sebagian kaidah kedua
ilmu ekonomi tersebut dalam mengatasi persoalan ekonomi, memang merupakan
sebuah kecenderungan umum dalam aktivitas ekonomi yang sifatnya sunnatullah.[22]
Secara umum kegunaan ilmu ekonomi islam
bagi manusia adalah untuk menyelamatkan kehidupan manusia dari segala hal yang
telah dilarang oleh Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Ontologi berkaitan
tentang apa obyek yang ditelaah ilmu,dalam kajian ini mencakup masalah realitas
dan penampakan (reality and appearance), serta bagaimana hubungan ke dua hal
tersebut dengan subjek/manusia. Aliran ontologi apabila ditinjau dari aspek
kuantitas yaitu :monoisme, dualisme,pluralisme. Ditinjau dari aspek sifat :
materealisme dan idealisme. Ditinjau dari aspek proses, kejadian dan perubahan
: mekanisme, teologi, vitalisme dan organisme.
2.
Epistemologi berkaitan
dengan bagaimana proses diperolehnya ilmu, bagaimana prosedurnya untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar. Aliran epistemologis secara garis
besar yaitu : Rasionalisme, Emperisme, Kritisme.
3.
Aksiologi berkaitan
dengan apa manfaat ilmu, bagaimana hubungan etika dengan ilmu,serta bagaimana
mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan. Aliran aksiologi dari segi objektivisme
yaitu nilai intuitif dan teori nilai rasional, dari segi subjektivisme yaitu
nilai alamiah dan teori nilai emotif.
4.
Ontologi, epistemologi
dan aksiologi adalah tiga aspek pertanyaan dasar yang menjadi gerbang ilmu
pengetahuan, termasuk ketika mempelajari ilmu ekonomi islam.
B.
Saran
1.
Untuk Penulis
Penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan dalam makalah ini. Maka dari itu mari kita saling melengkapi
dengan memberikan kritik dan saran yang membangun.
2.
Bagi Pembaca
Semoga makalah dari kami ini dapat
membantu kita dalam memahami landasan-landasan filsafat dan hubungannya dengan
ilmu ekonomi islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Amin
dkk.1992.Filsafat Islam: Kajian
Ontologis, Epistemologis, Aksiologis,Historis Perspektif.Yogyakarta:LESFI.
Adinugraha,Hendra
Hermawan.2013.Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam.Media Ekonomi dan
Teknologi Informasi.Vol.21 No.1, hal.49-59.
Afani,Ahmad
Zaifan dan Abdullah Zawawi.2019.Ekonomi Islam dalam Konsep
Ontologi,Epistemologi,dan Aksiologi.Jurnal
Ummul Qura.Vol.XIV No.2, hal.49-60.
Bagus,Laren.2000.Kamus Filsafat.Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka.
Hamdani.2011.Filsafat Sains.Bandung:Pustaka Setia.
Harahap,
Darwis.2015. Kebahagiaan dan Akhir Kehidupan Menurut Filsafat Ekonomi Islam.Human Falah. Vol.2 No.2,Hal.83-101.
Irfan,
Alhaq.1996.Economic Doctrine of Islam,
The International Institute of Islamic Thought.Hendon,Virginia.
Mubin,
Fakhtul.Filsafat Modern:Aspek Ontologis,Epistemologis dan Aksiologis. Hal.1-28.
Praja,Juhaya
S.1997.Aliran-aliran Filsafat dan Etika
Suatu Pengantar.Bandung: Yayasan Plara.
P,Daulay.S.2005.Posisi Ekonomi Islam diantara Ekonomi
Konvensional dan Fiqh Muamalat.MuslimSources.com.
Sari,Diana
dan Kholilur rahman.2020.Kedudukan Epistemologis dalam Filsafat Barat.JAQFI: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam. Vol.5
No.1, hal.35-52.
Sudarminta,J.2002.Epistemologis Dasar.Yogyakarta:Kanisius
IKAPI.
Susanto,Irvan.2016.Pengembangan
UMKM melalui Ontologi.Performance.Vol.23.
No.1, hal.17-30.
Surisumantri.2015.Filsafat Ilmu sebuah Apresiasi terhadap Ilmu
Agama dan Seni. Jakarta:IKAPI
Tim
Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM.1996.Filsafat Ilmu.Yogyakarta:Liberty
Tim
Penyusun.2011.Pengantar Filsafat.Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press
Zaini,Ahmad
Afan.2021.Ekonomi Islam dalam Konsep Ontopologi, Epistemologis, dan Aksiologi.Al-Maqashid:Journal of Economic and Islamic Business.Vol.1 No.1,
Hal.42-50.
[1]
Hendra Hermawan Adinugraha, Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam. Media Ekonomi & Teknologi Informasi.
Vol.21 No.1, Maret 2013, hal.51-59.
[2] Darwis Harahap,
Kebahagiaan dan Akhir Kehidupan Menurut Filsafat Ekonomi Islam. Human Falah. Vol. 2. No. 2 Juli –
Desember 2015, hal. 100-101.
[3]Ahmad Zaifan afani dan
Abdullah Zawawi, Ekonomi Islam dalam Konsep Ontologi, Epistimologi dan
Aksiologi. Jurnal Ummul Qura.Vol XIV
No.2,2019, hal.51-60.
[4]Irwan susanto,Solusi
Pengembangan UMKM Melalui Ontologi.Performance.Vol.23
No.1, Maret 2016, hal 19-30.
[6]Irwan
Susanto, Solusi Pengembangan UMKM Melalui Ontologi. Performance.vol.23 No.1.Maret 2016. Hal.20-30
[7]Tim Dosen Filsafat Ilmu
Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu,
(yogyakarta : Liberty,1996),hal.17.
[8]J. Sudarminta, Epistemologis Dasar,
(Yogyakarta:Kanisius IKAPI,2002), Hal.19.
[9]J. Sudarminta, Epistemologis Dasar,
(Yogyakarta:Kanisius IKAPI,2002), Hal.19.
[10]Diana Sari dan Kholilur
Rohman, Kedudukan Epistemologis dalam Filsafat Barat. JAQFI:Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam.Vol.5 No.1,2020,Hal.41-52.
[11] Larens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama,2000), hal.929.
[12]Amin Abdullah,dkk.,Filsafat Islam:Kajian Ontologis,
Epistemologis, Aksiologis, Historis Perspektif,(Yogyakarta:LESFI,1992),
hal.30
[13]Larens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta:PT. Gramedia
Pustaka Utama,2000), Hal.14.
[14] Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika Suatu
Pengantar, (Bandung:Yayasan Plara, 1997), Hal.76
[15] Jujun S. Suriasumantri,
Filsafat Ilmu Sebuah Apresiasi Terhadap Ilmu Agama, dan Seni,
(Jakarta:IKAPI,2015), hal.137-138.
[16] Tim Penyusun, Pengantar Filsafat (surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press,2011), hal.92-93.
[17] Hamdani, Filsafat Sains (Bandung:Pustaka
Setia,2011), hal.24-25.
[18]Daulay,S.P. Posisi Ekonomi Islam di antara Ekonomi
Konvensional dan Fiqh Muamalat,(Muslim Sources.Com,2005),hal.73.
[19] Al-Haq, Irfan, Economic Doctrine of Islam, The
International Institute of Islamic Thought, (Herndon, Virginia,1996),
hal.73.
[20]Ahmad Afan Zaini dan
Abdullah Zawawi, Ekonomi Islam dalam Konsep Ontologi, Epistemologi dan
Aksiologi.Jurnal Ummal Qura. Vol.XIV
No.2,2019,hal.53-60
[21]Ahmad Afan Zaini dan
Abdullah Zawawi, Ekonomi Islam dalam Konsep Ontologi, Epistemologi dan
Aksiologi.Jurnal Ummal Qura. Vol.XIV
No.2,2019,hal.55-60
[22] Ahmad Afan Zaini,
Ekonomi Islam dalam Konsep Ontopologi, Epistemologi dan Aksiologi.AlMaqashid:Journal of Economics and Islamic
Business.Vol.1 No.1,2021.Hal.48-50.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar