Jumat, 08 Oktober 2021

Konsep Rasional Ekonomi Konvensional dan Syariah Melalui Berbagai Perspektif (Kajian Literatur) Oleh: Sabri Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Bukittinggi Jurusan Ekonomi Syariah

 

Konsep Rasional Ekonomi Konvensional dan Syariah

Melalui Berbagai Perspektif

(Kajian Literatur)

Oleh: Sabri

Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Bukittinggi

Jurusan Ekonomi Syariah

Pada tulisan ini penulis akan mencoba membahas tentang konsep rasionalitas ekonomi konvensional dan syariah melalui berbagai perspektif (Kajian Literatur). Rasionalitas dalam ekonomi bahwa manusia berprilaku secara rasional (masuk akal), dan tidak akan secara sengaja membuat keputusan yang menjadikan mereka menjadi lebih buruk. Rasionalitas memiliki dua tipe yaitu, self interest rationality dan present-aim rationality. Dalam ekonomi, kita mengenal tentang konsep scarcity (kelangkaan). Scarcity (kelangkaan) merupakan masalah kebutuhan manusia yang tidak terbatas sedangkan alat pemuas kebutuhan yang terbatas, menjadikan pelaku ekonomi dituntut untuk mampu mengalokasikan sumber daya yang ada, karena didasarkan adanya perbedaan atau gap antara ketersediaan berbagai sumber daya dan ragam kebutuhan manusia. Kelangkaan yang terjadi menyebabkan manusia harus melakukan pemilihan (choice) penggunaan sumber-sumber produktif yang ada untuk menghasilkan barang-barang konsumsi.

Terjadinya kelangkaan (scarcity) yang dimaksud oleh kapitalis adalah disebabkan oleh adanya kesenjangan antara unlimited wants (keinginan yang tidak terbatas) dan limited resources (sumber daya yang terbatas), sehingga manusia dituntut mampu mengolah dan menggunakan sumber daya tersebut. Sebagai jawaban atas permasalahan tersebut, sistem kapitalisme mendorong kegiatan produksi untuk mengimbangi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.

Menurut pandangan sistem ekonomi kapitalis, setiap manusia mempunyai kebutuhan yang beranekaragam dan jumlahnya tidak terbatas. Tapi kebutuhan hidup manusia yang dibahas disini hanyalah kebutuhan yang bersifat material semata. Baik yang dapat dirasakan dan dapat diraba (barang) seperti makanan dan pakaian, maupun yang sifatnya dapat dirasakan tetapi tidak dapat diraba (jasa) seperti pelayanan dokter, guru dan  lain-lain. Kebutuhan selain yang bersifat materi tidak pernah dibahas oleh sistem ekonomi kapitalis. Setiap kebutuhan tersebut menuntut pemuasan oleh alat-alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena di satu sisi kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas sementara alat yang digunakan untuk memenuhinya terbatas, maka muncullah konsep kelangkaan (scarcity). Bertolak dari pandangan tersebut, maka sistem ekonomi kapitalis menetapkan bahwa problematika ekonomi yang timbul oleh karena adanya keterbatasan barang dan jasa yang ada pada diri setiap individu, masyarakat atau negara untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas adalah adanya kelangkaan (scarcity).

Pandangan sistem ekonomi kapitalis yang menyamakan antara pengertian kebutuhan (need) dan keinginan (want) adalah tidak tepat karena tidak sesuai dengan fakta. Keinginan (want) manusia memang tidak terbatas dan cenderung untuk terus bertambah dari waktu ke waktu. Sementara kebutuhan manusia tidak lah demikian. Bila dikaji secara mendalam, kebutuhan manusia ada yang merupakan kebutuhan pokok (al hajat al asasiyah) dan ada kebutuhan yang sifatnya pelengkap (al hajat al kamaliyat) yakni berupa kebutuhan sekunder dan tersier. Pada dasarnya kebutuhan (need) pokok manusia ada tiga cakupan yaitu pangan, sandang dan papan yang pada kenyataannya adalah terbatas, berbeda dengan konsep keinginan (want) yang tiada berbatas. Contoh pada kebutuhan pangan, setiap orang yang merasa kenyang setelah memakan sesuatu, maka pada saat itu, pada dasarnya kebutuhan nya telah terpenuhi. Apabila dia mengikuti keinginan, maka dapat saja dia menginginkan makanan lain sebagai variasi dari makanan pokoknya.

Kekeliruan lain dari sistem ekonomi kapitalis adalah anggapan bahwa kebutuhan manusia  terbatas pada yang bersifat materi saja. Pandangan ini tidak tepat  dan sangat bertentangan dengan kenyataan, dimana di samping memerlukan makanan, pakaian dan perumahan, manusia juga mempunyai kebutuhan lain seperti kebutuhan ruhiyah (beragama), kebutuhan moral, kebutuhan akan kasih sayang sesama manusia, kebutuhan untuk berketurunan, dan lain-lain. Dan masing-masing kebutuhan tersebut menuntut pemenuhan baik berupa barang dan jasa. Karena para ekonom kapitalis tidak mengenal kebutuhan-kebutuhan  itu, maka wajar bila ditengah masyarakat terjadi kekeringan nilai agama,akhlak, moral dan nilai kemanusiaan.

Sistem ekonomi islam memberikan kebebasan kepada individu untuk melakukan kegiatan ekonomi memiliki dan menikmati hasil yang diperoleh dari usahanya. Namun, islam memberikan aturan yang tegas. Misalnya usaha yang dilakukan harus usaha yang halal dan sah, bukan usaha yang mengandung unsur eksploitasi terhadap orang lain. Kebebasan yang diberikan islam kepada setiap individu bukanlah kebebasan mutlak, tetapi kebebasan yang diiringi dengan nilai-nilai syariat. Dalam islam, juga mengakui hak individu untuk memiliki harta. Islam memberikan kepada individu hak kepemilikan perorangan dan hak untuk menikmati kekayaannya. Islam mengikat hak-hak tersebut dengan ikatan moral, supaya kekayaan tidak menumpuk pada satu kelompok (kaya). Misalnya kewajiban zakat. Islam mengakui ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar, karena adanya orang kaya dan miskin dalam kehidupan merupakan sunnatullah.

Orang kaya mempunyai kewajiban menyerahkan sebagian hartanya kepada orang yg miskin dalam bentuk zakat. Sistem ekonomi islam memberikan jaminan sosial, setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam negara islam. Setiap warga negara dijamin untuk memperoleh kebutuhan pokoknya masing-masing. Menjadi tugas dan tanggungjawab negara islam untuk menjamin setiap warga negara dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan prinsip hak untuk hidup. Distribusi kekayaan secara meluas, islam mencegah penumpukkan kekayaan pada kelompok tertentu, islam menganjurkan distribusi kekayaan kepada semua lapisan masyarakat, contohnya melalui zakat. Islam juga mengakui kesejahteraan individu dan kesejahteraan sosial masyarakat yang saling melengkapi satu dengan lainnya, bukan saling bersaing dan bertentangan di antara mereka. Islam meredakan konflik dan mewujudkan kemaslahatan bersama. Sistem ekonomi kapitalis menjadikan scarcity (kelangkaan) sebagai masalah utama dalam sistem mereka. Karena, menurut mereka sumber daya yang ada tidak lah mencukupi kebutuhan mereka. Sehingga karena kelangkaan itu, mereka harus melakukan pilihan (Choice) dalam menggunakan sumber-sumber daya produktif. Karena terjadinya scarcity (kelangkaan) dan diharuskan melakukan choice (pilihan) maka timbullah yang namanya rasional.

Rasional maksudnya yaitu bagaimana cara berpikir yang digunakan dalam mengatasi masalah tersebut. Maka timbullah teori ekonomi konovensional, yang secara umum akan melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka tanpa memperhatikan salah satunya yaitu nilai-nilai agama. Berbeda dengan ekonomi islam , sistem ekonomi islam mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu kenyataannya adalah terbatas, keinginan lah yang tidak terbatas. Disini nampak jelas, bahwasannya ekonomi konvensional tidak membedakan antara kebutuhan (need) dan want (keinginan), sementara ekonomi islam sangat memberikan artian yang jelas mengenai artian keduanya. Selain itu, horizon waktu antara konvensional dan syariah sangat lah berbeda. Sistem ekonomi konvensional, hanya memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas diatas dunia ini tanpa ada pikiran akan akhirat, sedangkan islam tidak hanya mempertimbang saat dunia saja tapi jauh sampai hari akhirat nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPS MATA KULIAH MANAJEMEN RESIKO

    INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS (ITB) HAJI AGUS SALIM BUKITTINGGI PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN, S1 AKUNTANSI S1 DIGITAL BIS...